Tuesday, March 16, 2010

Tips & Trik Merawat Batik

Punya koleksi baju-baju Batik, tapi bingung bagaimana cara merawatnya agar tetap awet dan tak pudar warnanya?

Yuk baca beberapa tips merawat Batik di bawah ini, semoga membantu :)
  • Bila dilihat dari sisi ketahanan warna, sebenarnya tekstil motif batik (printing) lebih tahan dibandingkan batik tulis yang menggunakan proses lilin. Oleh sebab itu, ada baiknya jika pada saat mencuci Anda tidak mengenakan mesin cuci. Jika koleksi batik Anda terlihat kotor, cukup rendam saja di dalam air hangat.
    • Menggunakan 'lerak' sebagai bahan pencuci kain batik adalah saran terbaik. Anda sebenarnya juga bisa mengganti lerak, apabila tidak punya dengan shampo rambut.  
    • Untuk mencuci kain batik dengan menggunakan shampo rambut, sebelumnya larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental, setelah itu baru kain dicelupkan. Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran.
    • Pada saat mencuci batik jangan digosok dan jangan gunakan deterjen. Jika terpaksa menggunakan deterjen, gunakan sedikit saja. Kalau batik tidak terlalu kotor, Anda bisa mencucinya dengan air hangat, namun jika terkena noda Anda bisa mencucinya dengan sabun mandi. Apabila nodanya masih membandel, Anda bisa menghilangkannya dengan kulit jeruk pada bagian yang kotor saja. Jangan mencuci kain batik dengan menggunakan mesin cuci.  
    • Setelah mencuci kain batik, Anda tidak perlu memerasnya, biarkan saja kain tersebut mengering secara alami. Ada baiknya jika koleksi batik Anda segera digantung dan dijemur / diangin-anginkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari karena dapat membuat batik Anda terlihat usang dan kusam. Pada saat menjemur sebaiknya Anda tarik bagian tepi kain agar serat kain yang terlipat kembali seperti sediakala.
    • Pada saat proses penyeterikaan berlangsung, lapisi kain batik terutama di bagian kerahnya. Usahakan agar kain batik koleksi Anda tidak langsung terkena seterika yang panas karena hanya akan membuat kain batik cepat rapuh.  
    • Untuk hasil terbaik, Anda bisa menggunakan steam iron untuk menghaluskannya. Sedangkan untuk kain batik berbahan dasar sutera, ada baiknya jika di dry clean saja.
    • Satu hal yang perlu Anda perhatikan, bila Anda ingin memberi pewangi atau pelembut kain pada batik tulis, jangan semprotkan langsung pada kainnya. Namun, tutupi terlebih dahulu batik tulis dengan koran, lalu semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain tadi di atas koran.   
    • Sesudah disetrika sebaiknya Anda simpan batik Anda dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Sebaiknya Anda jangan memberi kapur barus karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak kain batik Anda. Ada baiknya Anda beri merica atau lada yang dibungkus dengan tisu lalu masukkan dalam lemari pakaian Anda untuk mengusir ngengat. Atau Anda bisa menggunakan akar wangi yang sebelumnya Anda celup ke dalam air panas kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi tersebut kering Anda baru bisa menggunakannya.

      -Dirangkum dari berbagai sumber- 

      Batik Pekalongan

      Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
       
      Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
       
      Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
       
      Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
       
      Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

      Contoh motif Batik Pekalongan

      Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

      Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

      Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. 

      Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

      Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

      Dikutip dari: www.kreasibimi.com 

      Saturday, March 6, 2010

      Asal Mula Nama Batik

      Sejak Batik ditetapkan Unesco menjadi salah satu 'The World Heritage' pada 2 Oktober 2009 silam, batik menjadi sangat diminati. Everybody wears batik. Industri-industri batik pun kian berkembang, butik-butik batik online juga banyak bermunculan. Batik, kini, menjadi sesuatu yang sangat mudah didapat dengan harga yang terjangkau dalam beragam model dan ukuran.

      Namun, apa sih sebenarnya batik itu?


      Kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”. 

      Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

      Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, beberapa corak bahkan hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir kemudian mulai menyerap berbagai pengaruh luar, seperti dari para pedagang asing atau juga penjajah.
       
      Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga memiliki minat terhadap batik, dan hasilnya adalah pengaruh corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal, seperti bunga tulip, serta benda-benda yang dibawa oleh penjajah  seperti gedung atau kereta kuda, termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Namun batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

      Teknik membatik sendiri telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

      Sumber: Wikipedia

      Tipe-tipe Batik

      Batik Keraton Jawa adalah batik tertua yang dikenal di Jawa. Biasa juga dikenal dengan Batik Pedalaman, dimana sangat berbeda dengan tipe dan variasi dari Batik Pesisiran.



      Batik Keraton Jawa mengadopsi warna-warna alam seperti hitam, coklat, dan kuning tua (sogan). Motif-motif dari batik Jawa mempunyai makna simbolis. Dan bahkan ada beberapa desain yang terlarang, sebagai misal ada beberapa motif batik yang hanya boleh dipergunakan oleh kalangan tertentu, dan bahkan ada beberapa motif yang tidak cocok untuk dipergunakan oleh perempuan, atau kurang cocok dipergunakan pada acara-acara tertentu.

      Dua daerah atau kota di Jawa yang terkenal dengan sejarah munculnya batik adalah :

      1.  Surakarta, Batik Solo. Pada saat itu banyak sejarah-sejarah batik yang lahir dari Kerajaan Susuhunan dan Mangkunegaran. Adapun tipe dari Batik Solo adalah warna sogan yang digunakan sebagai background atau latar. Dimana tempat yang terkenal dengan hasil batiknya adalah Laweyan (saat ini terkenal dengan Kampoeng Batik Laweyan), dan Kauman.

      2.  Yogyakarta. Pada saat itu banyak sejarah-sejarah batik yang lahir dari Sultan Yogyakarta dan Kerajaan Pakualaman. Tipe Batik Jogja biasanya menggunakan warna putih sebagai background-nya. Tempat yang terkenal dengan hasil batiknya adalah Kampung Taman.
       
      Taken from: www.everythingbatik.com