Thursday, September 6, 2012

Kenalan dengan Batik Majalengka


Kapan-kapan mampir sini Mir, di Majalengka juga ada batik loh..
Sms seorang teman kuliah dulu yang merupakan neng geulis dari Majalengka. Batik Majalengka? Sepertinya pernah dengar sekilas tentang batik dari Majalengka.
Lalu teringatlah saya akan sebuah buku kecil yang saya peroleh dari rekan saya di Trijaya FM Bandung dulu, kini bernama Sindo Radio Bandung, berjudul ‘Buku Saku Batik Jawa Barat Jilid II”. Buku ini hasil kerja sama Yayasan Batik Jawa Barat dan PT Indonesia Power.
Bentuknya yang kecil membuat buku ini ringan dan flexible untuk di bawa kemana-mana, dan karena itulah, hampir selalu saya bawa tiap bertugas di site.
Back to Batik Majalengka, ada 1 halaman bolak balik di buki ini yang menceritakan sekilas tentang Batik Majalengka.
Kenalan yuk dengan Batik Majalengka J
Jadi menurut buku ini, Majalengka meskipun tidak dikenal sebagai daerah penghasil batik, namun daerah ini pun ikut terdorong untuk mengembangkan batik yang menunjukkan ciri atau identitas budaya lokalnya yang khas.
Salah satu seniman bordir dari Majalengka, Herry Suhersono, berhasil mengembangkan beberapa motif batik yang mengacu pada keadaan alam seperti hewan dan tumbuhan, cerita rakyat ataupun legenda yang hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Semua hal itu tertuang dalam motif batik yang menggambarkan budaya lokal Majalengka, yaitu Simbar Kencana, Nyi Rambut Kasih, Kota Angin, Gedong Gincu, dan Lauk Ngibing.
Motif Kota Angin bersumber dari julukan Majalengka sebagai ‘Kota Angin’ karena angin kencang yang selalu berhembus di kota ini sepanjang tahunnya. Sedangkan motif Gedong Gincu diambil dari banyaknya pohon mangga gincu yang hampir ditemui di tiap halaman rumah warga Majalengka. Itulah mengapa Gedong Gincu juga dinamakan menjadi salah motif batik khas Majalengka.

                                 Motif Kota Angin

Motif Simbar Kencana
Motif batik Lauk Ngibing mengandung arti ikan menari dalam bahasa  Sunda. Motif ini menunjukkan jika warga Majalengka senang memelihara ikan di balong atau empang. Sementara Simbar Kencana sendiri merupakan cerita rakyat Kota Majalengka, tepatnya berasal dari Kecamatan atau dulunya dikenal sebagai kerjaan Talaga. Adapun motif Nyi Rambut Kasih diambil dari nama salah satu tokoh sejarah Kota Majalengka.
Motif Lauk Ngibing
Kelima motif batik ciptaan Herry Suhersono telah mendapatkan perlindungan hak kekayaan intelektual.
Herry Suhersono sendiri sebelumnya pernah diminta bantuan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk merancang suatu motif batik yang khas dan mampu menunjukkan identitas Majalengka. Permintaan tersebut diwujudkan dalam sebuah motif batik yang terdiri dari unsur-unsur lokal yaitu terdiri dari perpaduan buah maja dan lambang kerajaan Pajajaran dipadu dengan mahkota Simbang Kencana sebagai lambang dari kerajaan Sindangkasih.
Pemerintah Majalengka pun kini kabarnya semakin giat menyelenggarakan pelatihan-pelatihan keterampilan membatik bagi masyarakatnya yang berminat untuk mempelajari dan terjun ke bisnis batik.
Menarik ya ternyata kisah batik dari Majalengka.
Menulis tentang Batik Majalengka membuat saya jadi pengen banget untuk ke Majalengka. Ada yang  mau menjadi guide wisata batik di Majalengka? Hehe.. Atau ada yang ingin menambahkan info lain tentang batik Majalengka? Sok atuh, mangga lho, diantos nya.. J

Seperangkat Alat Batik


Saat berjalan-jalan ke Malioboro libur lebaran kemarin, saat sedang fokus hunting batik-batik lucu di deretan para penjual Maliboro, tak sengaja mata saya tertumbuk pada pemandangan seorang pembatik di salah satu toko batik bernama Adiningrat.
Bukan pemandangan Ibu pembatik yang memikat saya, tapi seperangkat alat batik yang dipajang di depan Ibu itu.
Seperangkat alat batik?
Untuk menghasilkan sebuah kain batik tulis (bukan cap), kita tak hanya membutuhkan yang namanya kain dan malam saja, tapi juga peralatan lain yang tak kalah penting dan saling melengkapi satu sama lain. Itulah kenapa saya menyebutnya seperangkat alat batik, karena memang 1 perangkat itu harus dipakai semua, tidak bisa hanya satu atau beberapa saja J
Seperangkat alat batik di toko Adiningrat, dijual sebesar Rp 61.000. Untuk ukuran saya yang ngekos di Jakarta dan bertugas di Kalimantan Timur, harga yang dipatok sangat murah. Namun untuk ukuran harga Yogya – Jateng saya rasa kemungkinan harganya standar J
Lalu, apa saja sih isi dari seperangkat alat batik yang saya beli dari Toko Adiningrat?

Foto dijepret dari koleksi sendiri, pakai hp pas malam hari J
Yang pertama paling besar kelihatan di foto tentu kompor. Pasangannya kompor ada wajan kecil. Di dalam wajan kecil ada sepasang canting, sebuah malam  berbentuk kotak kecil, dan secarik kain yang telah ada motifnya. Alat-alat tersebut merupakan standar atau peralatan basic untuk membatik.
Sebenarnya jika ingin membatik dengan komplet sampai akhir, kita masih membutuhkan perwarna untuk kain dan beberapa peralatan lain, misalnya untuk proses pelorotan.
Anyway, alasan saya langsung membeli perangkat batik ini karena saya kangen banget untuk membatik. Bahkan, saya malah langsung berandai-andai jika nantinya sudah punya rumah sendiri, pengen rasanya membeli lagi seperangkat alat batik yang lebih lengkap dan besar, ditaruh di halaman belakang rumah yang asri, dan kalau pas weekend (jika sudah nggak kerja roster di tambang) dipakai untuk membatik. Such a way to stress release J
Trust me, membatik itu sebuah kegiatan yang menyenangkan. Melatih kita sabar, tekun, teliti, serta mencintai seni dan keindahan.
Hmm.. Jadi lanjut berandai-andai deh, ada nggak ya orang yang saking cintanya sama Batik, terus pas nikah diberi mahar seperangkat alat batik disamping alat sholat, emas atau mahar lainnya? Unik, pastinya. Tertarik? J