Saturday, July 21, 2012

Pola Non-geometri Dalam Batik

Selain pola geometri seperti motif ceplok, parang dan lereng (lihat tulisan sebelumnya), dalam bentuk dan gaya batik  juga dikenal  pola non-geometri. Pola non-geometri terbagi ke dalam kelompok semen, lung-lungan, buketan, dan pinggiran. Pola kelompok non-geometri didominasi oleh pola semen dan lung-lungan yang memang sangat banyak ragamnya.

Pinggiran. Disebut pola pinggiran karena unsur hiasan pola ini umumnya terdiri dari ragam hias atau motif khas yang biasa digunakan sebagai ‘hiasan pinggir’ atau ‘hiasan pembatas’ kain batik pada umumnya.

Semen. Semen termasuk pola kuno, terutama yang mengandung ragam hias garuda, sawat, mirong, dan lar, yang semuanya merupakan stilasi (gubahan bentuk) ragam hias garuda, yang di masa lalu merupakan ikon hias khusus untuk raja dan keluarganya.

Motif Semen Latar Putih Yogya - batikIDku.blogspot.com

Buketan. Istilah buketan berawal dari kata buket yang berarti ikat / rangkai, karena pola ini amat mudah dikenali dengan tampilan ragam hias bunga atau kelopak bunga, dengan imbuhan daun-daun sulur, kepak kupu-kupu dan burung, ataupun satwa kecil lainnya. Ragam elemen gambar atau motif itu disusun sedemikian rupa dalam kesatuan bentuk selaras. Beberapa bentuk buketan, sering tampil ibarat lukisan bunga pada kain batik. Pola buketan banyak terdapat pada batik pesisiran, meski juga ditemukan di daerah pedalaman.

Motif Buketan Kudus - Sri Budi Astuti, Sosbud Kompasiana
Lung-lungan. Lung-lungan juga termasuk pola kuno yang sebagian besar memiliki ragam hias atau motif utama yang serupa dengan ragam hias utama pola semen. Bedanya, ragam hias utama lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Ragam pola lung-lungan antara lain babon anggrem atau dalam Bahasa Jawa berarti ayam betina yang sedang mengerami telor, dan grageh waluh (sulur-sulur pohon labu).  
 
Motif Buketan Kudus - Sri Budi Astuti, Sosbud Kompasiana

Sumber tulisan: disummary-kan dari booklet Kisah Sehelai Batik Femina tahun 2010.

Tuesday, July 17, 2012

Say Big No to Copy Paste


Pernah nggak merasakan gimana rasanya tulisan kita di copy paste di blog orang, persis sama sampai sefoto-fotonya juga dicopas semua, tanpa menyebutkan jika itu tulisan kita atau pencantuman link tulisan kita?
Rasanya sangat menyebalkan sekali.
Awalnya, ada teman yang menginformasikan jika ia membaca tulisan Pesona Batik Papua yang saya tulis bulan Juni 2011 lalu setelah ke Pekan Penas di Tenggarong, yang dicopas di forum Kaskus dan tanpa pencantuman link saya.
Cekidot Gan link-nya yang copas J
Di waktu lain, saat saya sedang mencari tahu letak wilayah suku Dayak Bahau yang disebut merupakan pengrajin batik di Kaltim, eh malah nemu dua link di bawah ini yang juga meng-copas tulisan saya tentang Batik Kaltim, sampai sefoto-fotonya.
Duhai agan, Mas dan Mbak para pemilik account kaskus dan blog di atas, yuk ah hargai karya orang lain. Monggo saja tulisan saya dicopas, tapi mbok ya dicantumkan link-nya.
Ini ya saya kasih contoh tulisan saya yang juga dicopas di sebuah forum namely Selapa, tentang keindahan seni ukir di kampung Batu Bura, kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, disertai pencantuman link sumber tulisan saya.

www.selapa.com/forum/viewtopic.php?f=11&t=293
Cek juga deh semua tulisan saya, pasti saya cantumkan sumbernya jika banyak kalimat yang saya quote. Jikalau pun hanya saya jadikan referensi, tetep saya tulis juga.
Kenapa? Karena itulah bentuk rasa penghargaan saya ke para penulis tulisan tersebut. Tidak semua orang mampu menghasilkan tulisan seperti sumber yang kita copas atau jadikan referensi, that’s why, we have to appreciate them.
Agree? Harus setuju dong, kalau nggak mending nggak usah punya blog dan ngaku suka nulis kalau ternyata tulisannya copas dari tulisan orang semua.. J

Monday, July 16, 2012

Pola Geometri dalam Batik


It’s been a very long time I guess, tak menulis di blog ini..
Okay, saya barusan nemu sebuah booklet tentang Batik diantara tumpukan buku di dalam koper. Koper? Yes, koper, maklum masih tugas di site J
Ada satu cerita yang menarik perhatian saya, yaitu tentang pola dan motif batik.
Ciri khas batik adalah adanya ragam hiasan pada lembar kainnya, yang dibuat dengan cara ditulis, dicap ataupun gabungan keduanya sedemikian rupa hingga membentuk satu kesatuan rancang desain atau pola. Secara tradisional, pola dan motif dikelompokkan berdasarkan gaya dan bentuk.
Berdasarkan bentuk, pola batik terbagi dua kelompok besar, yakni pola bangun berulang atau pola geometri, dan pola non geometri.
Secara umum, motif yang masuk dalam pola geometri adalah ragam hias yang mengandung unsur garis dan bangun motif. Seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, belah ketupat, lingkaran, bintang, yang disusun berulang-ulang hingga membentuk kesatuan pola. Secara garis besar, pola geometri terdiri dari pola ceplok (ceplokan) dan pola garis miring.
Nah, tulisan ini akan membahas tentang pola Geometri terlebih dulu. Beberapa pola Geometri yaitu:
Ceplok. Bentuk pola ceplok yang sangat kuno adalah pola kawung. Tak diketahui pasti siapa kreator motif ini dan sejak kapan pola ini mulai eksis dipakai dalam membatik.
Yang pasti, pola ceplok ini konon terinspirasi oleh bentuk buah kawung (buah atap atau buah aren) yang dibelah empat.

Pada dasarnya, ceplok merupakan kategori ragam hias berdasarkan bentuk pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat persegi panjang, bulat telur, ataupun bintang.
Ada banyak varian lain dari pola ceplok, seperti ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik truntum juga masuk dalam kategori ceplok.
Pola kawung ini adalah salah satu pola favorit saya, baik untuk baju atau buat dibatik pas jaman SMP dulu saat pelajaran membatik. Motifnya simple, sederhana, cukup mudah dibuat juga, namun terlihat batik sekali. 
Parang. Parang merupakan motif pola populer dalam kelompok garis miring. Pola atau desiannya terdiri dari satu atau lebih ragam hias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45 derajat.
Pada pola parang umumnya terdapat hiasan berbentuk belah ketupat (disebut juga dengan mlijon) sejajar dengan deret ragam hias utama pola parang. Ada banyak varian pola parang, misalnya parang barong, parang klitik, ataupun parang kusumo.
Lereng. Pola ini masuk ke dalam pola geometri, yang pada dasarnya sama dengan pola Parang. Bedanya, pada pola Lereng tak ada hiasan mlijon (bentuk belah ketupat kecil sebagai pemisah baris lereng).
 
Sebagaimana dalam pola Parang, Lereng pun memiliki ragam variasi diantaranya lereng krena slimpet, lereng catur karsa dan lereng patran kangkung.
Itulah sebagian pola geometri dalam motif batik. Pola non-geometri kita bahas ditulisan selanjutnya ya.. J
Oh ya, tulisan ini saya summary-kan dari booklet ‘Kisah Sehelai Batik’, bonus Femina Edisi Tahunan 2010. Sementara foto diambil dari beberapa sumber di internet.