Di akhir Desember 2010 lalu, saya pernah menulis tentang sebuah motif batik cantik yang membuat saya kepincut sejak pandangan pertama. Berkombinasikan warna-warna cerah, kain yang saya lihat di facebook ini sangatlah eye catching.
Terlanjur jatuh hati, saya tetap menghubungi online shop yang memajang gambar batik ini meski caption foto menunjukkan jika kain telah terjual. Saat online shop tersebut membalas message saya dan menginformasikan jika mereka bersedia menerima pesanan pembuatan kain batik tulis tersebut, no need to think twice, I already ordered the batik that made me deeply fall in love at that time.
Awalnya saya mengira jika batik tersebut bermotif Parang, meski tidak terlalu yakin karena motif Parang umumnya didominasi warna-warna gelap atau soga, sementara kain ini berwarna cerah bahkan cenderung ngejreng.
Ternyata, kain batik ini bermotif ‘Rereng’, salah satu motif khas dari beberapa daerah di Tatar Sunda seperti Garut dan Tasikmalaya. Informasi tentang corak batik saya peroleh dari pemilik online shop yang berasal dari Tasikmalaya. Sang owner shop juga menjelaskan jika motif batik tersebut dibuat oleh para pembatik Tasik.
Rereng, nama yang sudah beberapa kali saya dengar meski motifnya baru pertama kali ini saya lihat. Corak batik Rereng sekilas memang mirip dengan motif Parang dari Yogya atau Solo.
Ihwal kemiripan antara motif batik Rereng dengan motif Parang dari tanah Jawa disebabkan karena adanya pengaruh yang kuat dari Batik Jawa seperti Solo atau Yogya terhadap perkembangan batik Tasikmalaya.
Motif Parang atau Lereng kemudian diadaptasi dengan nama Rereng dalam Bahasa Sunda. Motif ini banyak dibuat dengan berbagai variasi oleh para pembatik Tasik, misalnya Rereng Surutu, Rereng Orlet, Rereng Janggot, Rereng Impala, Rereng Sintung atau juga Rereng Pelangi seperti motif batik yang saya beli dari online shop tersebut.
Walaupun motif-motif batik Tasik tidak disakralkan atau dihubungkan secara religius, tetapi ada beberapa motif yang dipercaya oleh sebagian masyarakat dapat membawa keberuntungan seperti motif Pisang Bali yang dibuat untuk orang yang berjualan dan diyakini dapat membawa keberuntungan.
Makna simbolis pada batik Tasik hanya terbatas pada motif klasik dan motif yang mendapat pengaruh dari Yogya dan Solo, namun pemberian makna simbolik pada motif batik Tasik saat ini sudah tidak dilakukan lagi.
Selain pengaruh dari batik Yogya dan Solo, motif batik Tasikmalaya juga dipengaruhi oleh batik Pekalongan. Pengaruh ini muncul pada corak flora dan fauna yang digambarkan secara naturalis dan berwarna cerah.
Batik Tasikmalaya memiliki motif dan warna yang khas, namun kedekatan wilayah ini dengan Ciamis dan Garut membuat unsur saling mempengaruhi, khususnya dalam motif, tak terelakkan. Seperti halnya batik Tasikmalaya, batik Garut dan Ciamis pun tak lepas dari pengaruh daerah lain diantaranya dari Yogya dan Solo.
Kendati mendapat pengaruh dari batik Jawa baik Yogya atau Solo, corak batik Sunda tetap memiliki kekhasan tersendiri. Warna batik Sunda umumnya lebih cerah dan berwarna dibandingkan batik-batik produksi Jawa. Batik Tasikmalaya, misalnya, menggunakan beragam warna seperti merah, biru kehijauan, kuning, ungu, orange, dan hitam. Warna-warna ini banyak dipakai oleh para pembatik Tasik di Cipedes dan Sukaraja, dua sentra batik di Kota Tasikmalaya. Sedangkan sentra batik Sukapura yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya cenderung didominasi oleh warna merah marun, biru indigo, dan hitam.
Jika dilihat dari corak warnanya, besar kemungkinan kain batik Tasik pertama saya ini berasal dari Kota Tasikmalaya. Sesuai dengan nama motifnya, Rereng Pelangi, kain batik tulis ini memiliki beragam warna cerah tak ubahnya pelangi. Juga cantik, seperti pelangi.
Kalau dalam batik Jawa, motif Parang dipandang ‘ora ilok’ untuk dipakai dalam sebuah acara pernikahan karena dipercaya bisa membawa ketidakcocokan dalam perkawinan orang yang punya gawe tersebut nantinya. Meski tak lagi menggunakan pemberian makna simbolik, namun karena motif Rereng merupakan adaptasi dari motif Parang membuat saya masih mikir-mikir juga untuk memakai kain batik Rereng Pelangi ini ke acara kondangan J
Sumber: Buku Saku Batik Jawa Barat Jilid II, Yayasan Batik Jawa Barat