Ceritanya, beberapa bulan lalu saat kepagian
sampai di Malioboro, pergilah saya ke Keraton Yogyakarta. Beberapa tahun
tinggal di Yogya, but that was my 1st visit at the Yogya Palace,
kebangeten ya J
Saat berkeliling di beberapa bagian dalam keraton
yang dibuka untuk umum, ada 1 ruangan yang menahan saya untuk betah
berlama-lama di ruangan tersebut. Sebuah ruangan berisi kain-kain batik yang
biasa dipakai di lingkungan keraton.
Batik memang telah menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat Jawa. Dari sejak lahir hingga meninggal, batik selalu
menjadi bagian dalam tiap fase kehidupan orang Jawa. Dari lahir, tumbuh besar,
menikah, 'mantu', punya cucu, hingga meninggal, ada unsur batik di dalamnya.
Dulunya, ada beberapa motif yang tak bisa
sembarangan dipakai oleh masyarakat atau disebut motif larangan. Bisa terlarang
untuk dipakai karena unsur makna motifnya, atau juga karena motif tersebut
memang diperuntukkan untuk keluarga keraton / bangsawan saja.
Nah, di Keraton Yogya, motif-motif batik yang
sering digunakan dalam acara-acara di keraton dipajang untuk umum, disertai dengan
keterangan nama acara-nya. Ada motif yang boleh didokumentasikan, namun ada juga motif yang tidak diperbolehkan untuk diambil gambarnya. Namun, hanya beberapa motif saja yang saya catat dan foto, I prefer to enjoy it :)
Check this out J
1.
Motif Batik untuk Acara Siraman
Siraman
merupakan salah satu prosesi yang harus dijalankan di Keraton Yogyakarta
sebelum akah nikah. Dalam sebuah prosesi pernikahan adat Jawa sendiri, sebagian
besar masyarakat masih menggunakan acara siraman ini, meski ada juga pasangan
yang memilih tidak memakai prosesi adat ini.
Kalau
saya mah insya Allah pakai, tapi syaratnya harus menggunakan air hangat as I
can not stand the cold shower J
2.
Upacara Akah Nikah
Pada
pernikahan Puteri Sultan Yogyakarta, biasanya akad nikah dilaksanakan sendiri
oleh Sultan. Kain yang dipakai merupakan motif Truntum.
3.
Upacara 'Pondongan'
Acara
ini mengawali upacara ‘panggih’ atau dalam bahasa Indonesia berarti bertemu /
pertemuan. Mempelai pria harus menggendong mempelai perempuan yang tak lain
adalah putri Sultan, menandakan kebanggaan dan rasa bahagia.
4.
Upacara 'Mitoni'
Jenis kain
dibawah ini dipakai dalam acara 'mitoni' atau saat usia bayi dalam kandungan menginjak 7 bulan,
menggunakan motif Sidoasih. Mitoni sendiri berasal dari kata 'piton' atau 'pitu', yang dalam Bahasa Jawa memiliki arti angka tujuh.
5.
Motif untuk 'Inyo'
Inyo
merupakan sebutan untuk Abdi Keparak Putri yang diberi tugas oleh Sultan untuk
‘momong’ (bahasa Jawa untuk mengasuh) dan menyusui putera Sultan saat
Permaisuri sedang ada keperluan.
Sayangnya, sebagian nama motif batik tak semuanya
sempat tercatat. Will do that in my 2nd visit as soon as I get the chance to
get there again J