Wednesday, November 7, 2012

Melongok Pembuatan Kain Sasirangan


Saat di Kampung Sasirangan, saya beruntung bisa melihat proses pembuatan kain Sasirangan dari tahap awal sampai akhir. Selagi di Kampung Sasirangan dan mumpung saya bertemu dengan pengrajinnya langsung, plus pengrajinnya bersedia pula untuk saya tanya-tanya, sekalian lah saya meng-gather informasi tentang step-step pembuatan selembar kain Sasirangan.
Tahap pertama adalah pelukisan kain. Jenis kain yang digunakan bervariasi, dari katun, mori, hingga sutera. Di tahap ini, kain dilukis dengan corak yang kita inginkan.

Tahap selanjutnya, kain dijelujur atau dirajut menggunakan benang. Sasirangan sendiri berasal dari kata ‘sirang’ yang berarti jelujur itu sendiri. Teknik jelujur inilah yang di Jawa disebut dengan Jumputan. Sekilas, kain Sasirangan memang mirip dengan motif Jumputan dalam batik Jawa. Kemiripan ini ternyata berasal dari teknik yang digunakan.


Kain dijelujur dengan benang

Setelah kain selesai dijelujur, tahap berikutnya adalah pengikatan kain. Kain diikat sesuai corak motif yang diinginkan menggunakan karet atau tali dari ban motor. Tujuan pengikatan agar warna tidak masuk ke dalam motif.

Pengikatan kain menggunakan karet
Kain selanjutnya dicelup sebanyak yang diinginkan. Dalam sebuah proses pembuatan kain batik, umumnya ada 2 jenis pencelupan yaitu pencelupan menggunakan air panas dan dingin. Untuk kain ini, pencelupan panas agar menghasilkan warna hjijau, dan pencelupan dingin untuk menghasilkan warna merah. Kombinasi dari 2 warna ini pada akhirnya akan menghasilkan 1 warna lagi yaitu coklat (see below pictures).

Pencelupan kain

Tahap berikutnya, benang-benang yang ada di kain mulai dibuka. Saat benang-benang dibuka inilah, kita akan melihat hasil berupa selembar kain dengan corak warna dan motif yang menarik.
Setelah benang dibuka, kain kemudian dicuci dan dijemur. Nah, di tahap ini saya sempat rada kaget saat melihat beberapa kain Sasirangan dijemur di bawah terik Matahari langsung. Biasanya batik tidak boleh terkena sinar matahari langsung saat dijemur agar warnanya tak pudar, namun kain ini malah dijemur di bawah panas matahari. Ternyata, menurut Mbak Novi, kain yang dijemur hanya untuk kain yang berbahan katun. Sementara kain dengan bahan sutra dan sejenisnya tidak akan dijemur langsung di bawah sinar matahari.



Sekelompok Ibu dengan kain yang telah dijemur

Usai dijemur, kain kemudian diseterika. Usai tahap ini, sudah siap deh kain Sasirangan ini untuk dijual.

Yang menarik, semua tahapan di atas dilakukan dengan tangan atau secara manual. Keterampilan dan pengalaman para pengrajin otomatis juga akan ikut menentukan corak warna maupun motif kain itu sendiri.

Ada 2 tipe packing yang akan kita temui jika membeli kain Sasirangan, yaitu dipacking rapi dalam sebuah kotak atau dalam plastik. Seperti kain Sasirangan dari merek Sahabat, toko ini menjual kain dalam bentuk kotak, sedangkan beberapa kain yang saya beli di Kampung Sasirangan dipacking dalam plastik.
Dua-duanya rapi kok J

Saking sukanya dengan motif Sasirangan, tiap pulang cuti roster ke Jakarta pasti saya sempetin untuk membeli batik Sasirangan. Sementara ini sih buat ayah saya yang kini juga ikutan menggemari motif Sasirangan J
Kalau kemudian saya begitu tertarik dengan motif ini, berawal dari praktik pembuatan batik Jumputan saat mulok jaman SMP dulu. Meski sudah berulang kali mencoba, seingat saya nggak ada motif yang berhasil saya buat. Dari motif yang warnanya belang-belang hingga teknik jelujur saya yang kurang rapi.

That’s why, I adore this kind of motive. Meski para pengrajin needs to pay attentionto detail disamping tekniknya sendiri juga rumit, namun toh hasilnya nggak ada yang nggak bagus.

Tertarik dengan Sasirangan? Beli bareng yuk, biar saya ada teman buat milih-milih motif Sasirangan nanti, hehe..

No comments:

Post a Comment