This is my first post
during the first seven months in 2013!
Bukan sibuk menggila sebenernya kalau lama tak mengupdate blog ini, hanya memang saya masih beradaptasi dengan kesibukan baru yang masih berkaitan dengan tulis menulis juga sih.
Bukan sibuk menggila sebenernya kalau lama tak mengupdate blog ini, hanya memang saya masih beradaptasi dengan kesibukan baru yang masih berkaitan dengan tulis menulis juga sih.
Regular contributor untuk sebuah media
online, di samping masih terus belajar buat menuliskan pengalaman traveling
dalam sebuah catatan perjalanan buat sebuah koran. Jadi waktu kosong yang cuma seiprit karena masih
tugas di site masih dipersembahkan buat kedua aktivitas itu, khususnya yang
pertama :)
Ditambah akses ke blog suka ngadat, lemot beut. Jadi kadang udah males duluan buat ngupdate blog soale nggak bisa masuk-masuk ke akun, hoho.. Maklum, masih tugas di hutan :)
Anyway, sebenarnya ada satu cerita yang saya tulis beberapa bulan lalu, namun terpending terus untuk diupdate ke blog.
Tentang sebuah kisah batik di buku Sepatu Dahlan.
Sepatu Dahlan, sebuah buku yang menemani saya traveling
ke Banjarmasin akhir tahun lalu. Berhubung traveling sendirian atau istilah
kerennya sih Solo Traveler, beberapa buku sengaja saya bawa dari Jakarta untuk
jaga-jaga, siapa tahu di jalan bosen karena nggak ada teman mengobrol :)
Bukan tentang sebuah buku biografi sih kalau saya lihat,
meski memang menceritakan kisah hidup Dahlan Iskan, Menteri BUMN kita. Novel
inspirasi mungkin lebih tepatnya.
Ada 1 halaman yang paling menarik dari buku
itu buat saya, di sub-bab 4 berjudul ‘Batik Tegal Arum’, khususnya halaman 46 –
47. Mengisahkan tentang ibunda beliau, yang pintar membatik. Sepenggal
paragraph yang paling saya suka:
‘Setiap hari Ibu bergelut dengan canting dan kain, tak peduli siang atau malam. Mbatik seolah hiburan menarik untuk melepaskan penat atau melupakan persoalan hidup. Dari mbatik itu, barangkali, Ibu belajar sabar.’
Membatik, atau umum disebut mbatik
oleh masyarakat Jawa, memang melatih kesabaran kita. Kalau kita mbatik
dengan grasa-grusu, sudah pasti 'malam'-nya akan belepotan di kain.
Nggak akan rapi hasilnya.
Mbatik, selain membaca dan menulis (eh kok kayak motivasi buat anak SD, hehe),
for me is such a way to release the stress. Saat mbatik, saya harus
berkonsentrasi penuh pada selembar kain di depan saya, agar malam-nya tidak mbleber kemana-mana atau belepotan dan hasilnya
rapi.
Membaca halaman ini, jadi teringat
dengan salah satu wish list saya jika punya rumah sendiri nanti. Pengen
buat spot khusus untuk membatik di halaman atau ruang belakang rumah.
Jadi sewaktu-waktu saat ada waktu senggang, especially when I have lot of
things in my mind and need a way for strees release, saya tinggal mbatik.
Anyway, saya sendiri malah baru
tahu sekarang tentang Batik Tegal Arum, dari kampung Kebon Dalem, Magetan, Jawa
Timur. Kapan-kapan browsingtentang batik ini ah, nanti kalau saya dapat
sumber informasinya, saya bagi deh :)
No comments:
Post a Comment