Saturday, May 1, 2010

Canting

Kemarin saya dipinjami buku berjudul ‘Canting’ oleh seorang teman. Canting merupakan sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto, bercerita tentang perjalanan hidup keluarga Ngabehi Sestrokusuma yang memiliki usaha pembatikan cap canting. Membaca novel ini tiba-tiba membuat saya ingin menulis sesuatu tentang Canting, sebuah benda yang selalu saya gunakan saat pelajaran mulok (muatan lokal) batik jaman SMP dulu. 

Apa sih sebenarnya canting ini? 

Canting merupakan alat utama seorang pembatik untuk menyelesaikan karya terbaiknya. Alat ini memegang peranan penting dalam sebuah proses pembatikan. Ibaratnya jika tidak bisa menggunakan canting jangan berharap dapat membatik, apalagi menghasilkan sebuah batik tulis yang indah :)

Berasal dari Bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik tulis, Canting dipergunakan untuk melukiskan malam dan membuat motif-motif batik yang diinginkan. 



Alat ini terdiri dari 3 bagian, yaitu nyamplung dan cucuk yang terbuat dari lempengan tembaga tipis dan gagang yang terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang sekitar 10 cm. Nyamplung yang dibentuk menyerupai mangkok ini digunakan sebagai tempat untuk menampung malam panas, sedangkan cucuk berfungsi seperti mata pena sebagai tempat keluarnya cairan malam ke mori (kain putih) yang akan dibatik. Malam sendiri adalah sejenis lilin yang digunakan untuk membuat pola batik dan menutup mori dari warna yang tidak dikehendaki pada proses pewarnaan batik.


Ada beberapa jenis dan fungsi canting antara lain terbagi menurut fungsi, besar kecilnya cucuk dan banyaknya cucuk atau carat.

1.     Canting Menurut Fungsinya
  • Canting Rengreng. Canting batik ini mempunyai cucuk tunggal dan tidak terlalu besar, diameter 1-2.5 mm. Fungsinya untuk membuat pola pertama pada batik tulis atau terkenal dengan istilah merengreng. Pola pertama atau dasar tidak terlalu rumit karena belum ada isian maupun tembokan atau pulasan pada kain.
  • Canting Isen. Canting batik isen mempunyai cucuk tunggal dan banyak sesuai dengan motif yang diinginkan, diameter canting ini lebih kecil 0.5-1.5 mm.
2.     Canting Menurut Ukurannya
  • Canting Cucuk Kecil. Canting bercucuk kecil digunakan untuk membuat isen pada pola batik yang telah direngreng
  • Canting Cucuk Sedang. Canting ini digunakan untuk membuat pola pertama sebagai pola dasar dalam pembuatan batik tulis.
  • Canting Cucuk Besar. Digunakan untuk membuat pola-pola yang berukuran besar. Pola tersebut dipilih untuk membuat perbedaan antara pola utama dan pola tambahan. Tapi tidak semuanya pola diperlakukan seperti itu karena akan memakan waktu yang lebih lama untuk memilih pola yang akan diperbesar.
3.     Canting menurut banyaknya cucuk atau carat
  • Canting Cecekan. Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik- titik kecil (Jawa : cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.
  • Canting Loron. Diambil dari kata loro ( jawa ) atau dua, yang berarti canting ini mempunyai cucuk dua berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.
  • Canting Telon. Berasal dari kata telon (bahasa Jawa yang berarti tiga), canting ini mempunyai cucuk tiga berbentuk segitiga sama sisi. Kalau canting telon dipergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.
  • Canting Prapatan. Bentuk canting prapatan, dari kata prapat atau empat, canting ini memiliki empat buah cucuk, dipergunakan untuk membuat empat buah titik yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.
  • Canting Liman. Mempunyai cucuk lima (dari kata liman berarti lima) dengan titik berbentuk linggaran. Satu sebagai pusatnya dan keempatnya mengelilingi pusat. 
  • Canting Byok. Canting ini cucuknya berjumlah tujuh atau lebih biasanya jumlahnya ganjil. Fungsinya untuk membuat lingkaran kecil yang terdiri dari titik-titik ataupun sebuah titik atau lebih, sesuai dengan banyaknya cucuk atau besar kecilnya lingkaran
  • Canting Galaran. Canting galaran atau renteng,  mempunyai mata cucuk genap, empat buah cucuk atau lebih (biasanya paling banyak enam), tersusun dari bawah ke atas.

Canting dapat juga dibedakan menurut jenis paruhnya, yaitu canting ceceg, klowong, tembogan, dobel ceceg, dan dobel klowong. 
Dalam perkembangannya saat ini ada 'canting elektronik'. Pada canting jenis ini, lilin batik tidak lagi dipisahkan tetapi dimasukkan ke dalam bak penampung yang menyatu dengan canting, kemudian dipanaskan melalui arus listrik. Dengan alat ini canting pun selalu bersih.



Inilah beragam jenis canting, salah satu alat penentu keindahan pembuatan sebuah batik tulis.

No comments:

Post a Comment